Powered By Blogger

Kamis, 11 November 2010

banjir bandang di wasior

banjir bandang di wasior

JAYAPURA, DETIKPOS.net - Sebanyak 15 orang warga Wasior, ibukota Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat meninggal dunia akibat banjir bandang yang melanda daerah itu, Senin (4/10).
Air bah setinggi atap rumah warga atau sekitar tiga meter, tiba-tiba datang dan merusak ribuan bangunan dan jembatan. “Kami semua panic, sebab saat itu masih sekitar pukul 07.00 WIT dan sebagian warga baru akan memulai aktifitasnya. Saat ini kami masih terisolasi,” kata Jeremi, penduduk setempat.
Lanjut Jeremi, banyak kendaraan roda empat yang menyangkut diatap rumah warga. “Ini kejadian pertama kali di Wasior. Kami semua tak pernah membayangkan,” ungkapnya.
Pasalnya, air langsung mengalir sejauh lima kilometer dari arah Manggirai hingga ke bandara setempat. “Banyak warga saat kejadian pagi tadi, menyelamatkan diri dengan bertahan disejumlah tiang ataupun pohon-pohon,” jelasnya kepada Tempo, Senin (4/10), di Wasior.

Air deras yang bercampur lumpur itu keluar dari arah gunung disekitar Kota Wasior. Air deras tersebut langsung merusak sejumlah bangunan dan jembatan. "Ribuan bangunan, baik rumah warga, gedung sekolah, puskesmas, kantor polisi, perkantoran dan jembatan habis rata dengan tanah, diterjang air itu," ungkapnya.

Sementara tim medis setempat, baru bisa mengidentifikasi lima orang korban tewas, diantaranya Anton Reba, Eva Handayani Taki, Albersia Putri, 7 tahun, Eniso Way, dan Yola Kumendok. Sementara sisanya belum dapat diidentifikasi.

Saat ini jenasahnya masih disemayamkan di rumah dinas Bupati Wondama, Albert Torey dan tempat-tempat ibadah. Sedangkan Pemerintah Daerah Papua Barat telah mengambil sejumlah langkah terkait bencana alam ini, diantaranya mengirim makanan, obat-obatan serta tim medis ke Wasior.

Sekretaris Daerah Papua Barat, M.L. Rumadaf menuturkan pihaknya telah mendapatkan informasi ada sekitar tujuh orang warga Wasior yang mengalami luka berat, saat ini sedang dievakuasi ke Manokwari. “Proses evakuasi masih terus berlangsung dari Wasior menuju Manokwari,” ujarnya ketika dihubungi lewat telepon selularnya.

Dirinya juga mengungkapkan kemungkinan korban tewas masih terus bertambah, sebab upaya pencarian belum bisa dilakukan secara maksimal, meski air sudah mulai surut.

 

Presiden Tinjau Korban Banjir Bandang Wasior

Manokwari (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono, Rabu, dijadwalkan meninjau korban dan lokasi bencana banjir bandang di Wasior, Papua Barat.

Jadwal yang disusun oleh protokoler Istana Kepresidenan menyebutkan, kegiatan Presiden Yudhoyono dan rombongan terpusat di Manokwari dan Wasior, pada Rabu (13/10) dan Kamis (14/10).

Presiden dan rombongan menggunakan pesawat khusus kepresidenan Boeing 737-500 untuk menuju Manokwari.

Presiden bersama Ibu Negara dijadwalkan tiba di Bandara Rendani, Manokwari, Papua Barat sekitar pukul 15.00 WIT.

Presiden kemudian menuju Markas Kodim Manokwari. Sekitar pukul 15.50 WIT, presiden meninjau lokasi penampungan pengungsi di sekitar markas kodim.

Setelah meninjau lokasi pengungsian selama 45 menit dan berdialog, Presiden kemudian menuju RSU Manokwari dan meninjau korban banjir yang dirawat.

Pada pukul 17.20 WIT, Presiden dijadwalkan tiba di Dermaga Manokwari dan disambut oleh KSAL Laksamana Soeparno. Setelah itu, Presiden dan rombongan lepas sauh menuju Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, menggunakan KRI Teluk Ende dan KRI Teluk Kalakay.

Presiden dijadwalkan tiba di Wasior pada Kamis (14/10) pukul 04.40 WIT, setelah menempuh parjalanan laut sekitar sepuluh jam.
Pada hari kedua kunjungan tersebut, Presiden dan Ibu Negara akan mengunjungi dua lokasi banjir bandang. Kunjungan akan dimulai pukul 08.20 WIT dan berakhir pada pukul 10.00 WIT.

Kemudian, Presiden dan rombongan akan menuju Dermaga Wasior dan langsung kembali ke Manokwari dengan menggunakan KRI Teluk Ende dan KRI Teluk Kalakay. Waktu tempuh Wasior-Manokwari sekitar delapan jam.

Setibanya di Manokwari pada pukul 18.40 WIT, Presiden dan Ibu langsung menuju Hotel Swiss-bell untuk bermalam.

Keesokan harinya, pada pukul 08.00 WIT, Presiden dan rombongan lepas landas dari Manokwari menuju Jakarta melalui Makassar. Pesawat Kepresidenan dijadwalkan mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Jumat, pukul 12.00 WIB.

berita terkini tentang keadaan gunung merapi saat nie

Gunung Merapi kembali meletus, Jumat 5 November 2010 dini hari tadi. Letusan ini lebih dahsyat dari letusan pertama Selasa 26 Oktober 2010 lalu. Senasib dengan Kinahrejo, sebagian dusun di Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman hangus diterjang awan panas 'wedhus gembel'. Ini luar biasa, sebab, jarak desa itu dari puncak Merapi sekitar 15 kilometer.'

Argomulyo yang biasanya dikategorikan aman, justru jadi lokasi terparah. Korban tewas kebanyakan berasal dari sana. Saksi mata, Hermanto menduga, korban akan bertambah. Sebab, diduga masih ada warga yang terjebak di sana. Diceritakan Hermanto, saat letusan terjadi, belum semua warga Argomulyo dievakuasi.

"Saat itu, masih ada warga yang sedang dievakuasi, ada juga yang di dalam rumah. Sementara yang lainnya ronda," kata dia ditemui di RS Sardjito, Yogyakarta, Jumat 5 November 2010.

Kasi pelayanan umum Kecamatan Cangkringan ini mengatakan, saat kejadian, dentuman keras tiba-tiba terdengar. Awan panas lalu meluncur dengan cepat.

"Warga sama sekali tak menyangka, karena posisi Argomulyo relatif di bawah," tambah dia. Namun, lokasi Argomulyo dekat dengan tepian Sungai Gendol. "Sungai Gendol adalah aliran awan panas," kata dia. Ditambahkan Hermanto, evakuasi yang dilakukan kembali tadi pagi menemui kendala. "Sekitar pukul 06.00 awan panas meluncur lagi," kata dia.

Dihubungi terpisah, Komandan lapangan tim SAR Merapi, Suseno mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan penyisiran di lokasi terkena awan panas. Kata dia, yang terparah justru wilayah yang lebih bawah di tepian Sungai Gendol. "Untuk warga yang di atas lereng sudah dievakuasi," kata dia.

Saat ini pihaknya masih melakukan penyisiran. "Saya belum bisa menggambarkan seperti apa situasi di sini, tapi yang jelas, kami prioritaskan mengevakuasi korban yang selamat," tambah dia.
 
 
 
 
sumber gambar:googling
Jika 10 November 1945 kita mendengar seluruh arek-arek Surabaya berjuang mempertahankan tanah air melawan penjajah, berbeda dengan apa yang kita lihat dengan perjuangan para relawan dalam membantu korban bencana alam di berbagai negeri saat ini. Dari bencana wasior, tsunami mentawai, dan bencana merapi yang saat ini masih terus berlangsung, Para relawan bencanalah yang paling layak diberikan gelar pahlawan. Saat pejabat-pejabat menunjukan “kebiadaban” mereka karena bersikap acuh tak acuh bahkan dengan tidak punya rasa malu mereka meningglkan derita korban bencana dengan “berwisata” keluar negeri atas dalih unjungan kerja, para relawan kemanusiaan ini terus berjuang menyelamatkan para korban dan membantu kebutuhan korban bencana.
Para relawan begitu gigih dan teramat snagat jelas tulus untuk membantu para korban bencana. Koordinasi antar relawan juga begitu kompak dan semua bergerak serentak dan saling bahu membahu membantu para korban, Para relawan saling berbagi tugas sesuai dengan keahlian mereka. Ada tim yang bertugas evakuasi korban, Membaut tenda dan posko pengungsian, dapur umum untuk para korban, tim medis yang selalu siap siaga memberi pengobatan para korban, dan masih banyak lagi usaha-usaha yang dilakukan oleh para relawan bencana untuk membantu para korban bencana. Dan tujuan mereka juga satu dan sama, membantu dengan tulus untuk para korban bencana. Sebuah tujuan nan mulya lagi agung yang sangat berbeda ketika kita melihat pejabat-pejabat negeri ini yang seolah diam. Mungkin saja, di otak para pejabat dan politikus negeri ini adalah “Ini kan masih jauh dari musim kampanye, jadi tidak ada untungnya membantu para korban”, sebuah dugaan yang kita harapkan itu adalah salah besar. Tapi saya sangat yakin, seandainya bencana ini terjadi di musim kampanye, kita pasti akan melihat banyak atribut-atribut partai politik yang di pasang di tenda-tenda bencana.
Bukan hanya para relawan bencana di lapangan, semua masyarakat Indonesia yang secara tulus membantu dan peduli menggalang dana untuk disumbangkan para korban bencana alam juga layak dijadikan pahlawan. Karena tahukah anda, tanpa kepedulian dan sumbangan dari masyarakat luas, mungkin saja para korban bencana akan banyak yang kelaparan dan menderita, tapi berkat kepedulian sosial dan kedermawanan anda, setidaknya itu bisa meringankan beban para korban bencana.
Mungkin gelar pahlawan untuk para relawan kemanusiaan di area bencana tidak bisa disamakan dengan gelar para pahlawan yang melawan penjajah di amsa perjuangan dahulu. Tapi saya sangat yakin, apapun perdebatan soal ini, para korban bencana pastilah menganggap bahwa relawan-relawan bencana itu adalah pahlwan untuk mereka. Jasa para relawan pastilah teramat besar untuk mereka para korban bencana.
Melalui tulisan ini saya menyampaikan penghargaan dan penghormatan yang luar biasa untuk semua kawan-kawan relawan di lokasi bencana alam dimanapun anda berada. Kalian benar-benar luar biasa dan memberi inspirasi untuk bangsa ini. Semoga banyak orang terinspirasi dan mengikuti jejak jiwa sosial anda. Untuk seluruh masyarakat yang turut berpartisipasi dalam membantu para korban dengan berbagai cara baik materi, tenaga maupun pikiran, kalian juga layak jadi pahlawan.
Selamat Hari Pahlawan Nasional 2010
 

Rabu, 10 November 2010

Pentingnya Sensitifitas Gender di dalam Proses Penanganan Korban Bencana Alam

Pentingnya Sensitifitas Gender di dalam Proses Penanganan Korban Bencana Alam


Akhir-akhir ini, bencana alam datang bertubi-tubi menerpa negeri kita tercinta. Banjir bandang di Wasior, Papua Barat, banjir di Jakarta, gempa bumi yang disertai tsunami di kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dan gunung merapi yang meletus di Yogyakarta, mengakibatkan kerugian materiil dan immateriil yang tak terhitung besarnya. Akibat dari berbagai bencana alam tersebut, ribuan penduduk terpaksa harus tinggal di tempat-tempat pengungsian, ratusan orang meninggal dan hilang, serta ribuan lainnya dalam kondisi sakit, terluka, dan mengalami trauma psikologis yang dalam.


Setiap harinya, berbagai media cetak dan elektronik mengabarkan situasi dan kondisi di tempat-tempat yang dilanda bencana tersebut, dan memberitakan upaya-upaya penanganan ataupun bantuan baik yang datang dari pemerintah maupun masyarakat luas. Terlihat sekali bahwa di dalam menangani persoalan bencana, pemerintah, dalam hal ini  lewat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih keteteran dan terkesan lambat, walaupun berulangkali bencana besar melanda negeri ini.

Para pakar geologi mengingatkan bahwa secara geografis, Indonesia rawan terhadap bencana alam karena berada di lingkaran api (ring of fire). Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng atau kulit bumi aktif, yakni lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng Euro-Asia di bagian utara, dan lempeng Pasifik di bagian timur. Kondisi ini seharusnya menggugah pemerintah kita untuk mengembangkan program-program mitigasi bencana yang efektif dan efisien.

Tetapi, faktor penting lain penyebab bencana alam adalah karena keserakahan manusia. Berbagai bencana terjadi akibat ulah tangan manusia yang suka merusak lingkungan dan alam, tanpa mempertimbangkan segala akibatnya. Sebagian masyarakat masih meyakini bahwa bencana alam di Indonesia merupakan murka Tuhan kepada umat manusia yang terus-menerus melakukan dosa, seperti korupsi, penebangan liar (illegal logging), dan lain-lain. Pandangan teologis ini bisa diterima, dalam konteks tidak ”menuduh” Tuhan sebagai sumber bencana, tetapi justru memahaminya sebagai sebuah peringatan untuk senantiasa menjaga dan memelihara alam ciptaan-Nya. Menjaga kelestarian alam sangat dianjurkan di dalam Islam, sebagaimana tertuang di dalam Alqur’an;
”Janganlah merusak di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya. Tapi serulah Ia dengan ketakutan dan kerinduan. Sungguh rahmat Allah dekat kepada orang yang berbuat kebaikan” (Al: A’raf, 56).    

Bencana dan Perempuan
Pada saat bencana alam, kaum perempuan termasuk kelompok yang paling rentan (vulnerable) terhadap berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya. Sebagai contoh, kurangnya fasilitas kesehatan di tempat-tempat pengungsian dapat menimbulkan masalah-masalah kesehatan reproduksi perempuan. Bagi mereka yang sedang hamil dan menyusui, tinggal di pengungsian dengan makanan dan sanitari yang tidak memadahi bisa membahayakan kesehatan sang ibu dan anak. Berbagai kebutuhan yang dibutuhkan perempuan seperti pembalut, baju dalam, pakaian untuk beribadah, pil kontrasepsi, dan sebagainya juga sulit didapatkan, mengingat bantuan untuk korban bencana biasanya terfokus pada makanan dan pakaian. Contoh lain adalah terbatasnya alat-alat untuk memasak di tempat pengungsian menyebabkan kaum perempuan harus menghabiskan banyak waktu untuk memasak sehingga mengurangi mobilitas mereka untuk mendapatkan akses pekerjaan dan rumah (employment and housing access). 

Di tambah lagi, peran perempuan dan lelaki dalam kultur tradisional di masyarakat yang seolah-olah mendikte bahwa perempuan harus menjadi penjaga utama (primary caretakers) untuk para korban bencana;-- seperti anak-anak, orang-orang yang terluka dan lansia,-- menambah beban perempuan semakin berat. Bagi para perempuan yang suaminya meninggal akibat bencana alam, mau tak mau mereka harus mengambil peran sebagai tulang-punggung keluarga. Konsekwensinya, di samping tugas-tugas produktif, perempuan juga menanggung beban reproduktif. Aspek peran perempuan dan lelaki ini nampaknya kurang diperhatikan di dalam upaya-upaya penanganan pasca-bencana di negeri ini.

Adanya ketimpangan relasi perempuan dan lelaki di dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya, ekonomi dan politik mengakibatkan terjadinya marginalisasi perempuan di dalam upaya-upaya penanganan bencana. Sebagai contoh, perempuan seringkali tidak dilibatkan untuk mengelola aset-aset bantuan, merancang program-program rehabilitasi pasca-bencana, dan mengontrol sumber-sumber ekonomi yang ada. Dalam hal ini, kaum perempuan hanya dilihat sebagai korban bencana, tetapi peran-peran sentral mereka pasca-bencana seringkali diabaikan. Hal ini terjadi akibat adanya stereotip yang menganggap kaum perempuan sebagai mahluk yang lemah. Padahal, berkaca dari kasus-kasus bencana alam yang lalu, seperti tsunami di Aceh, kaum perempuan terbukti memiliki kemampuan untuk bertahan dan berjuang di dalam situasi yang sulit dan serba terbatas di tempat-tempat  pengungsian dan shelter.

Untuk itu, di dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana, semua stakeholders yang terlibat seperti pemerintah, praktisi, relawan, lembaga-lembaga donor dan sebagainya harus memiliki sensitifitas gender sehingga dapat melakukan program-program yang bermanfaat, sesuai dengan kebutuhan, dan tepat sasaran. Sensitifitas gender ini bisa dibangun dengan melibatkan dan mendengarkan suara-suara perempuan korban bencana. Jika kaum perempuan sejak awal diberikan ruang untuk berpartisipasi di dalam proses penanganan pasca-bencana, maka mereka akan semakin berdaya dan dapat menentukan apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri, keluarga, dan masyarakat. Islam telah menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan adalah mahluk yang setara sebagaimana disebutkan di dalam Alqur’an surat al-Hujurat ayat13:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan  kamu  dari  jenis  laki-laki  dan perempuan,  dan  Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal secara  baik.  Sungguh  yang termulia di sisi Allah diantaramu adalah yang paling  takwa  ke pada-Nya”.
Namun, pada kenyataannya berbagai pandangan yang bias gender masih tertancap kuat di dalam kehidupan masyarakat kita.

dana-dana yang terkumpul untuk korban bencana alam di indonesia

 Pengalangan dana untuk korban tsunami Mentawai dan letusan Gunung Merapi Yogyakarta dan Jawa Tengah yang diprakarsai Kepolisian Daerah Bengkulu berhasil mengumpulkan dana sebanyak Rp1,1 miliar.
Sukatno (43), salah seorang panitia penggalangan dana korban bencana alam tsunami dan gunung api, di Bengkulu, Sabtu mengatakan, dana yang berhasil dikumpulkan pihaknya sebanyak Rp 1,1 miliar itu berasal sumbangan para pengusaha, pejabat dan elemen masyarakat lainnya.
Selain itu, Gubernur Bengkulu juga memberikan bantuan sebesar Rp200 juta terdiri atas uang tunai Rp100 juta dan berbentuk bahan pangan senilai Rp100 juta.
Dalam penggalangan dana tersebut panitia juga menerima batuan beras, mie instan, pakaian bekas layak pakai dan sejumlah bantuan bahan pangan lainnya.
Namun, dia tidak menjelaskan jumlah bantuan beras dan mie instan yang terkumpul dalam kegiatan penggalangan dana tersebut. "Kalau jumlah tonase beras dan dus mie instan saya tidak ingat. Sebab, bantuan ini berasal dari sumbangan masyarakat Rejang Lebong. Yang pasti jumlah lumayan banyaj," ujarnya.
Uang tunai dan bahan pangan yang berhasil dihimpun pada malam penggalangan dana yang gagasan Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Burhanudin Andi dan beberapa media cetak dan elektronik setempat pada Kamis (4/11) malam akan segera disalurkan kepada para korban tsunami Mentawai dan Gunung Merapi karena mereka sangat membutuhkan bantuan.
Rencananya dana yang berhasil terkumpul sebesar Rp1,1 miliar itu akan dibagi rata untuk korban tsunami Mentawai, Sumbar Rp550 juta dan korban letusan gunung api sebesar Rp550 juta.
Demikian pula untuk bahan pangan dan pakaian bekas layak pakai yang terkumpul dalam penyaluranya akan dibagi rata. Hal ini sesuai dengan kesepakatan panitia penggalangan dana korban bencana di kedua provinsi tersebut.
"Jika tidak ada aral melintang bantuan ini akan kita salurkan langsung kepada Satkolak di masing-masing daerah. Kita akan mengutus beberapa mahasiswa yang akan mengantarkan bantuan tersebut ke Mentawai dan Yogyakarta," ujarnya.
Sebelumnya Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Burhanudin Andi mengatakan, dirinya banyak mengucapkan terima kasih kepada masyarakat daerah ini telah memberikan sumbangan untuk korban tsunami dan letusan gunung api.
"Semoga bantuan yang diberikan ini mendapatkan pahala dari Allah SWT dan dapat mengurangi beban penderitaan saudara kita di Mentawai dan Sleman yang sedang mendapat kemalangan," ujarnya.

selain dana yang terkumpul dari negeri sendiri,. cina juga menyumbangkan dana untuk korban bencana alam di indonesia,
Republik Rakyat Cina menyumbangkan bantuan senilai 10 juta renminbi atau setara Rp 13,3 miliar untuk pemulihan dampak bencana alam di Indonesia. Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Cina, Wu Bang Guo menyampaikan rasa simpati dan dukacita yang mendalam kepada korban bencana yang terjadi di Indonesia. “Kami juga melihat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin langsung penyelamatan,” ujarnya dalam rilis pers yang diterima Republika, Rabu (10/11).
Selain itu, dia mengatakan, Cina juga menawarkan pula sumbangan obat-obatan, dam barang-barang yang dibutuhkan, tim medis,  dukungan teknis kepada pengawasan gempa bumi dan mengirimkan tenaga ahli. “Kami siap berpartisipasi dalam pembangunan setelah bencana dan dalam bentuk apapun serta memberkan bantuan yang dibutuhkan Indonesia sesuai dengan kemampuan kami,” ujarnya.
Wu berharap, bantuan ini dapat memperkuat hubungan bilateral kedua negara yang telah terjalin selama ini.

selain china timor leste juga menyumbangkan dana untuk indonesia

Timor Leste Sumbang Sejuta Dolar AS untuk Korban Bencana RI

Timor Leste Sumbang Sejuta Dolar AS untuk Korban Bencana RI
Kupang (ANTARA News) - Pemerintah Timor Leste dalam sidang kabinet yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Kay Rala Xanana Gusmao di Dili, Rabu, menyetujui bantuan kemanusiaan senilai sejuta dolar Amerika Serikat (AS) untuk meringankan korban bencana alam Gunung Merapi, tsunami Mentawai, dan Wasior.

"Ini merupakan bantuan rakyat dan pemerintah Timor Leste untuk rakyat dan pemerintah Indonesia, khususnya korban erupsi Gunung Merapi," kata Juru Bicara Kabinet Timor Leste, Antonio Ramos, kepada ANTARA News di Kupang melalui telepon selulernya di Dili, Rabu.

Menteri Sosial Timor Leste, Maria Domingo Alves, dan Wakil Menteri Keuangan negeri itu, Rui Hanjan, diputuskan dewan kabinetnya untuk segera menyerahkan bantuan tersebit kepada Pemerintah RI di Jakarta.

Pemerintah Timor Leste juga memutuskan kedua menteri tersebut melakukan koordinasi langsung untuk mengetahui keberadaan sekira 1.200 mahasiswanya yang bermukim di kawasan Yogyakarta dan Solo. "Jika situasi Merapi makin parah, maka Pemerintah Timor Leste segera mengevakuasi mahasiswa dari wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah," katanya.

Antonio Ramos menambahkan, PM Xanana atas nama pemerintah dan rakyat Timor Leste menyampaikan rasa dukanya yang mendalam atas musibah bencana alam yang terjadi di beberapa daerah Indonesia.
 
dan masih banyak lagi sumbangan-sumbangandari masyarakat indonesia

Tsunami di mentawai

Tsunami di mentawai



Peristiwa gempa bumi yang terjadi di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, ternyata menimbulkan gelombang tsunami. Namun, gelombang tsunami itu terbilang kecil.


Berdasarkan pengakuan seorang warga Desa Malakopa, Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Marsono (30), gelombang tsunami terjadi sekira pukul 23.00 WIB tak lama setelah kawasan tersebut diguncang gempa 7,2 skala richter.


“Air laut naik ke darat hingga mencapai satu kilometer. Puluhan rumah di sini rusak,” ujar Marsono kepada okezone, Selasa (26/10/2010).


Kendati demikian, pihaknya belum menerima kabar tentang korban jiwa. Sebab, saat gempa bumi terjadi, ratusan warga langsung menyelamatkan diri ke lokasi yang lebih aman. Mengingat, kawasan tersebut pernah hancur karena gempa dan tsunami.


Pengakuan serupa juga diutarakan Anggota DPRD Mentawai Ian Winen Sipayung. Menurutnya, ratusan rumah di Desa Silabum Pagai Utara, Mentawai juga rusak diterjang air laut usai gempa. Saat ini, pihaknya masih mencari tahu dampak dari peristiwa ini.


“Data yang baru diterima puluhan rumah warga dan sebuah puskesmas sudah hancur. Kami kesulitan mencari info karena lokasi kejadian sulit dijangkau,” pungkasnya.



Berita Terkini Tsunami Mentawai


Tsunami mentawai yang terjadi tanggal 26 oktober 2010 telah merenggut banyak nyawa dan juga korban, hingga kini proses pencarian korban tsunami mentawai masih terus dilangsungkan, Indonesia tengah berduka karena pada saat yang sama terjadi banyak bencana alam seperti Letusan merapi, tsunami mentawai dan juga banjir jakarta. Ratusan orang meninggal, warga kehilangan tempat tinggal, dan kini bahan makanan semakin menipis. Warga pun terpaksa harus berpikir dan mencari jalan keluar sendiri. Berita bencana di Indonesia kini juga tengah menjadi sorotan dunia, terbukti dengan banyaknya pemberitaan mengenai bencana di indonesia yang terjadi sekaligus seperti banjir wasior, letusan merapi dan juga tsunami mentawai.
Korban tewas akibat gempa 7,2 SR yang berlanjut dengan tsunami di Mentawai, Sumatera Barat, sudah mencapai 311 orang. Jumlah korban diprediksi terus bertambah karena masih banyak lokasi yang belum bisa ditembus tim evakuasi. berikut adalah kabar terkini tentang bencana tsunami mentawai.
Saat ini, tim evakuasi menggali kuburan massal untuk memakamkan para korban yang sudah teridentifikasi. Setidaknya, ada tiga titik kuburan massal untuk memakamkan ratusan jenazah. Sampai hari ini, Kamis 28 Oktober 2010, tim evakuasi yang sudah menyisir 15 dusun terus melakukan penguburan massal seiring ditemukannya jenazah demi jenazah. Sampai saat ini juga saya sendiri belum mendapatkan daftar nama korban tewas tsunami mentawai. begitu juga dengan tempat untuk mengirimkan bantuan korban tsunami mentawai yang diawali dengan gempa sekuat 7,2SR.
“Korban meninggal paling banyak berasal dari Desa Batumonga, Kecamatan Pagai Utara sebanyak 137 orang,” tulis laporan resmi BNPB, hari ini.

di desa batumoga korban hilang tercatat paling banyak  319 orang dari total keseluruhan korban hilang 379.

Tiga titik kuburan massal itu yakni di Desa Munte Baru-Baru, Pagai Utara, ada sekitar 87 jenazah. Kemudian di Desa Mahosai, Pagai Utara, sekitar 35 jenazah dan di Kecamatan Malakopak, Pagai Selatan, ada sekitar 50 jenazah dikuburkan secara massal. Untuk mengikuti kabar perkembangan terbaru seputar tsunami mentawai anda bisa pantau terus di situs situs berita nasional dan juga televisi anda. atau bisa juga anda cari informasi mengenai kronologis tsunami mentawai.

Mari kita sama sama berdoa agar Indonesia dijauhkan dari bencana. Let’s Pray for Indonesia.